Kabupaten Tangerang, Greenhealth.id – PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usaha PT Sanghiang Perkasa (Kalbe Nutritionals) melanjutkan rangkaian program intervensi gizi untuk penurunan stunting di Indonesia. Pada kegiatan ini, Kalbe berkolaborasi dengan Universitas YARSI dan Puskesmas Kresek, Kabupaten Tangerang, Banten mendapatkan dukungan dari Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) RI melalui Kedaireka (Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka). Kedaireka adalah program terkait sinergi pihak perguruan tinggi dengan industri untuk program nasional.
“Kalbe Nutritionals memiliki kepedulian tinggi terhadap kecukupan nutrisi anak selama 1000 hari pertama kehidupan, dimulai dari anak dalam kandungan sampai dengan anak usia sekitar 2 tahun, sehingga program pencegahan stunting yang dimulai dari ibu hamil ini dilanjutkan dengan memberikan suplementasi nutrisi kepada ibu yang sudah melahirkan dan menyusui,” ujar Director of Sustainability, Quality, and Support Kalbe Nutritionals, Andy Chendra.
“Kegiatan ini juga mendapatkan dukungan dana dari Program matching fund Kedaireka yang diselenggarakan oleh Dirjen Dikti, Kemendikbudristek. Hal ini membuktikan bahwa program yang diberi nama Grasias (Gerakan Sayangi Ibu Untuk Cegah Anak Stunting) di Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang ini merupakan program unggulan yang baik untuk terus dilanjutkan” tambahnya.
Kasi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Ade Dahyani, S.IP., M.IP. pun mengucapkan terima kasih atas berjalannya program kolaborasi ini melalui Kalbe Farma. Sebab, penanganan stunting membutuhkan peran dari berbagai pihak, termasuk industri kesehatan.
“Kami terima kasih atas dukungan Kalbe dan Universitas YARSI. Ini program kolaborasi yang luar biasa, karena langsung turun ke lapangan. Biasanya di akademik itu riset dan publikasi, tetapi kita tidak tahu riil di lapangan. Mudah-mudahan program ini bisa terus dikembangkan, karena stunting bukan kasus yang muncul secara tiba-tiba,” kata Ade.
Ade mengungkapkan, anak lahir tidak langsung dalam kondisi stunting dan salah satu faktornya dipengaruhi sejak calon ibu berusia remaja. Menurutnya, hampir 36 persen remaja putri menderita anemia yang jika dibiarkan mengakibatkan tidak selesainya kasus stunting. Pemerintah pun memberikan Fe (zat besi) yang kepada remaja putri secara berkala. Penanganan stunting pun harus dilakukan terus-menerus secara berkesinambungan.
“Kita ingin melahirkan generasi yang kuat dan sehat. Maka pendekatan kita tidak hanya dibantu intervensi, tetapi juga dibantu dengan bagaimana menerapkannya. Namun kadang-kadang, ada ibu-ibu yang tidak tahu bagaimana menerapkan untuk mencegah stunting,” tutur Plt. Wakil Rektor 2 bidang Penelitian dan Pengelola Kedaireka YARSI; Ahmad Utomo, Ph.D.
Sementara itu, ada sejumlah pelatihan yang diadakan, salah satunya pelatihan konseling menyusui oleh dr. Tanty Riyanti. Konselor Laktasi yang berpraktik di RS Syarif Hidayatullah Ciputat ini juga memberikan pelatihan manajemen laktasi, makanan pendamping ASI, dan pelatihan metode kangguru. Pelatihan ini agar ibu menyusui merasa nyaman dan bersemangat dalam menyusui.
Tidak hanya itu, edukasi terkait kesehatan mental pada ibu menyusui juga diadakan. Materi ini dipaparkan oleh Nurindah Fitria, M.Psi., Psikolog. Tujuannya, supaya ibu menyusui menjaga kesehatan mental yang dapat mempengaruhi kualias ASI, serta memahami berbagai faktor gangguan kesehatan mental dan dapat menanganinya apabila terjadi.
Upaya Kalbe dalam menurunkan angka stunting telah berlangsung sejak Bulan September 2022 dengan memberikan makanan tambahan berupa susu Prenagen pada 82 ibu hamil. Kalbe, Universitas YARSI, dan Puskesmas Kecamatan Kresek juga melakukan edukasi mengenai penurunan stunting. Hingga pertengahan Agustus 2023, terdapat 36 ibu hamil yang melahirkan dan akan langsung mengikuti program lanjutan.